Ditangani Dokter Ahli Kandungan Lewat Daring Whatsapp, Ibu Muda "Kehilangan" Bayinya
KORANPANGKEP.CO.ID - Seorang ibu muda bernama Mardhatillah Rusdi Pasien ibu hamil di RSUD Batara Siang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terpaksa harus merelakan kepergian bayi pertamanya yang meninggal dalam kandungan, diduga lantaran sang ibu hamil selama 10 hari dirawat di ruang Vip teratai namun tak satu kalipun pasien di periksa secara langsung oleh dokter kandungan dan hanya di tangani oleh bidan jaga di Rumah Sakit milik Pemkab Pangkep tersebut dengan berkoordinasi dengan dokter ahli kandungan melalui daring (dalam jaringan) chat Whatsapp (WA).
Salah seorang keluarga pasien yang berinisial HK menceritakan bahwa sepupunya tersebut pertamakali merasakan mulas pada perutnya (hendak melahirkan) pada tanggal 7 Agustus 2020 dan langsung dibawa ke tempat praktek bidan Nila, namun karena terus mengeluarkan darah dan cairan bening dari rahimnya, bidan Nila menyarankan agar pasien secepatnya dirujuk ke RS Batara Siang untuk segera ditangani dokter ahli kandungan.
Kemudian pasien langsung dibawah ke RS Batara siang sekitar pukul 18.30 wita, pekan lalu Jumat (7/8/2020), namun sayang selama 10 hari berada diruang perawatan, pasien tak pernah sekalipun ditemui oleh dokter kandungan RSUD Batara Siang dengan alasan penerapan standar kesehatan dalam pandemi COVID-19, hingga pada akhirnya bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia dalam kandungan dan harus segera di keluarkan dari rahim ibunya.
"Keluarga kami 10 hari di rumah sakit sama sekali tidak di tangani oleh dokter kandungan (secara langsung) cuma chat lewat WA-nya bidan jaga. Bayi meninggal dalam kandungan umur 7 bulan sama sekali dokter kandungannya tidak menampakkan batang hidungnya," ungkapnya.
Usai mengeluarkan bayi yang sedang meninggal tersebut, keluarga pasien meminta agar dikeluarkan secepatnya karena kecewa dengan pelayanan RS. Batara Siang terlebih lagi anaknya tersebut sudah tidak adalagi didunia ini.
Kabar ini tak ditampik oleh dr Maria Kabangnga salah dokter ahli kandungan di RSUD Batara Siang Pangkep yang menangani pasien tersebut, dan membenarkan adanya pasiennya yang bayinya meninggal dalam kandungan. namun ia membantah dikatakan malas masuk, pasalnya menurut dia tak adanya kunjungan langsung dokter ke pasien, memang saat ini dibatasi karena masih pandemi Covid-19.
Maria menyebutkan selain batasan kunjungan tersebut dirinya saat itu sedang tidak enak badan (Demam) dan kondisinya pada waktu itu yang memaksa untuk istirahat. Sehingga tugas penanganan pasien diserahkan langsung ke bidan jaga dengan tetap berkoordinasi melalui chat Whatsapp
"Sebenarnya itu pasien masuk kita pantau terus. Semua tindak lanjut yang dilakukan tim itu kita koordinasi (lewat Whatsapp). Bahkan malamnya kita pantau terus denyut bayi itu. Namun takdir berkata lain. Bayi meninggal di dalam kandungan dan harus dikeluarkan. Sampai masuk ke ruang perawatan kembali tidak ada komplain sebab kami memang sudah kerja maksimal, semua yang kami lakulan sudah sesuai dengan SOPnya" kilahnya.
Maria menambahkan tiga hari usai bayi dikeluarkan, keluarga pasien mendesak untuk dipulangkan. Sehingga ia tidak bertemu langsung dengan dokter yang bersangkutan.
"Hanya saja waktu pasien itu masuk memang kondisi tidak memungkinkan untuk bertemu. Jadi semua saya pantau saja lewat bidan. Termasuk kondisi ibu dan bayinya, itu setiap waktu tim kami observasi," bebernya.
Terpisah, Direktur RSUD Batara Siang Pangkep, dr Annas Ahmad membenarkan apabila selama pandemi ada jadwal khusus bagi dokter untuk kunjungan ke pasien, termasuk jadwal poli disesuaikan, agar pasien tidak membeludak dan physical distancing berlaku.
"Kedisiplinan tetap kami utamakan. Di tengah pandemi juga pelayanan dokter itu sudah diatur, ada jadwalnya agar tetap menerapkan protokol kesehatan saat berada di lingkungan," katanya.
(ADM-KP)
Salah seorang keluarga pasien yang berinisial HK menceritakan bahwa sepupunya tersebut pertamakali merasakan mulas pada perutnya (hendak melahirkan) pada tanggal 7 Agustus 2020 dan langsung dibawa ke tempat praktek bidan Nila, namun karena terus mengeluarkan darah dan cairan bening dari rahimnya, bidan Nila menyarankan agar pasien secepatnya dirujuk ke RS Batara Siang untuk segera ditangani dokter ahli kandungan.
Kemudian pasien langsung dibawah ke RS Batara siang sekitar pukul 18.30 wita, pekan lalu Jumat (7/8/2020), namun sayang selama 10 hari berada diruang perawatan, pasien tak pernah sekalipun ditemui oleh dokter kandungan RSUD Batara Siang dengan alasan penerapan standar kesehatan dalam pandemi COVID-19, hingga pada akhirnya bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia dalam kandungan dan harus segera di keluarkan dari rahim ibunya.
"Keluarga kami 10 hari di rumah sakit sama sekali tidak di tangani oleh dokter kandungan (secara langsung) cuma chat lewat WA-nya bidan jaga. Bayi meninggal dalam kandungan umur 7 bulan sama sekali dokter kandungannya tidak menampakkan batang hidungnya," ungkapnya.
Usai mengeluarkan bayi yang sedang meninggal tersebut, keluarga pasien meminta agar dikeluarkan secepatnya karena kecewa dengan pelayanan RS. Batara Siang terlebih lagi anaknya tersebut sudah tidak adalagi didunia ini.
Kabar ini tak ditampik oleh dr Maria Kabangnga salah dokter ahli kandungan di RSUD Batara Siang Pangkep yang menangani pasien tersebut, dan membenarkan adanya pasiennya yang bayinya meninggal dalam kandungan. namun ia membantah dikatakan malas masuk, pasalnya menurut dia tak adanya kunjungan langsung dokter ke pasien, memang saat ini dibatasi karena masih pandemi Covid-19.
Maria menyebutkan selain batasan kunjungan tersebut dirinya saat itu sedang tidak enak badan (Demam) dan kondisinya pada waktu itu yang memaksa untuk istirahat. Sehingga tugas penanganan pasien diserahkan langsung ke bidan jaga dengan tetap berkoordinasi melalui chat Whatsapp
"Sebenarnya itu pasien masuk kita pantau terus. Semua tindak lanjut yang dilakukan tim itu kita koordinasi (lewat Whatsapp). Bahkan malamnya kita pantau terus denyut bayi itu. Namun takdir berkata lain. Bayi meninggal di dalam kandungan dan harus dikeluarkan. Sampai masuk ke ruang perawatan kembali tidak ada komplain sebab kami memang sudah kerja maksimal, semua yang kami lakulan sudah sesuai dengan SOPnya" kilahnya.
Maria menambahkan tiga hari usai bayi dikeluarkan, keluarga pasien mendesak untuk dipulangkan. Sehingga ia tidak bertemu langsung dengan dokter yang bersangkutan.
"Hanya saja waktu pasien itu masuk memang kondisi tidak memungkinkan untuk bertemu. Jadi semua saya pantau saja lewat bidan. Termasuk kondisi ibu dan bayinya, itu setiap waktu tim kami observasi," bebernya.
Terpisah, Direktur RSUD Batara Siang Pangkep, dr Annas Ahmad membenarkan apabila selama pandemi ada jadwal khusus bagi dokter untuk kunjungan ke pasien, termasuk jadwal poli disesuaikan, agar pasien tidak membeludak dan physical distancing berlaku.
"Kedisiplinan tetap kami utamakan. Di tengah pandemi juga pelayanan dokter itu sudah diatur, ada jadwalnya agar tetap menerapkan protokol kesehatan saat berada di lingkungan," katanya.
(ADM-KP)