Bupati Pangkep dan IDI Pangkep Sayangkan "Ulah" Dokter Kandungan RSBS Pangkep

KORANPANGKEP.CO.ID - Kasus pasien ibu hamil yang tak mendapat pelayanan dokter ahli kandungan selama dirawat di ruang Vip teratai RSUD Batara Siang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulsel, selama 10 hari hingga bayinya lahir dalam kondisi meninggal dunia, akhirnya sampai ke telinga Bupati Pangkep, H.Syamsuddin A Hamid dan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pangkep

Mendengar kejadian yang menimpa warganya tersebut Syamsuddin pun menyayangkan kejadian ini dan memerintahkan Inspektorat pemeritah kabupaten (Pemkab) Pangkep untuk mengusut peristiwa bayi meninggal karena diduga tak mendapat pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit. dan berjanji akan menindak tegas dokter ahli kandungan yang punya tempat peraktek diluar tersebut jika terbukti mengabaikan pasien saat dirawat di RS Batara Siang.

"Saya perintahkan inspektorat untuk menginvestigasi ini. Kalau terbukti ada kelalaian saya sendiri yang merekomendasikan pencabutan izin prakteknya," tegasnya, Kamis (20/8/2020).

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pangkep, dr Dewi Lestari Santika telah meminta klarifikasi dari dokter yang bersangkutan. Dewi juga menyayangkan sikap sang dokter yang tidak meminta dokter kandungan lain menangani pasien tersebut. Terkait sanksi, pihak IDI menyerahkan kepada instansi tempat dokter bekerja.

"Pihak RSBS sudah berikan sanksi, surat peringatan. Kalau suratnya ditembuskan ke IDI pasti kami baru kami bisa bersikap soal sanksi. Yang jelas untuk saat ini, secara internal RS sudah diselesaikan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan Maradatillah (30 tahun) ibu muda yang kehilangan bayi pertamanya itu, menceritakan dengan runut masa masa dirinya berada dalam ruangan perawatan Vip  Teratai pada Jumat (7/8/2020) lalu, dan selama sepuluh hari mengalami pendarahan dan dalam keadaan lemah namun tak satu kalipun pernah ditemui oleh dokter ahli kandungan yang menanganinya di RSBS Pangkep.

Marda mengisahkan kejadian Saat itu, ia sedang bekerja di kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) Pangkep tiba-tiba air ketubannya keluar. Makin lama air ketuban yang keluar semakin banyak. hingga akhirnya ia dilarikan ke Bidang Praktek Nila dan pada akhirnya di rujuk ke RSBS Pangkep untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik disana.

"Tiba di RS saya disuntik dan diberi obat sama bidan. Saya tanya, kapan dokter datang, kata bidan nanti Minggu karena ada operasinya. Saya menunggu hingga hari Minggu dan darah masih keluar terus," jelasnya, Jumat, (21/8/2020).

Marda pun dengan kondisi lemah sabar menunggu kembali sang dokter hingga hari Minggu (9/8/2020), namun hingga sore, lagi-lagi ia harus kecewa karena dokter ahli kandungan yang dimnanti tak kunjung datang memeriksa kondisinya. padahal saat itu dirinya sempat melihat dokter kandungan tersebut melintas menuju ruang operasi. terebih lagi sebelumnya bidan jaga telah menjanjikan setelah operasi, dokter akan memeriksanya.

"Magrib saya diantar masuk ruang bersalin katanya nanti disitu diperiksa dokter. Tapi tak ada dokter yang datang. Bidan bilang dokter sudah pulang, saya menunggu. Katanya bidan Senin baru dokter periksa saya," ujarnya.

Karena khawatir dengan pendarahan yang makin banyak dialaminya Marda dan keluarganya terus meminta kepada bidan jaga agar menghadirkan dokter kandungan. Namun salah seorang bidan mengatakan, saat ini dokter sangat berhati-hati kontak dengan pasien karena takut tertular virus Corona.

"Sejak itu komunikasi kami hanya lewat WA saja karena dokter takut Corona. Bidan kasi obat dan suntikan setiap hari. Katanya takut Corona tapi kalau ada pasien operasi dia datang," ujarnya menirukan kata bidan jaga saat itu.

Pihak keluarga sempat menghubungi pimpinan RSBS dan meminta dirujuk ke Makassar. Tapi pihak RSBS berjanji akan memberikan pelayanan yang baik kepada Marda. namun hinnga hari ketujuh di ruang Vip teratai pelayanan dokter ahli kandungan RSBS Pangkep tak kunjung didapatkan.

Marda menambahkan selama dirawat di RSBS Pangkep setiap hari hanya disuntik dan diberi obat, akhirnya Marda melahirkan normal prematur. Bayi perempuan seberat satu kilogram itu lahir dengan kondisi meninggal dunia. Marda pun menyesalkan pelayanan dokter yang tak pernah datang memeriksa kandungannya disaat-saat kritis.

"Setidaknya datanglah satu kali saja," katanya dihadapan awak media dengan mata merah berkaca-kaca mengenang kisah pilunya itu.

Tiga hari setelah melahirkan, Marda dan keluarga memilih pulang ke rumah. Meski pihak RSBS Pangkep masih menahan karena kondisinya belum stabil.

"Apa lagi yang harus saya tunggu di RS, anakku sudah meninggal," kesah Dia.

Selain tak ada dokter, ia juga mengungkapkan pelayanan di RSBS yang jauh dari kata paripurna. Ia mengaku sempat menunggu berjam-jam untuk meminta perawt jaga menggantikan cairan infus yang habis. namun saat itu para perawat tidak ada di tempat jaganya

"Sudah melahirkan, subuh jam 4 cairan infus habis dan kami tidak lihat ada petugas. Suami saya mondar-mandir mencari. Nanti beberapa jam baru dikasi cairan baru," ungkapnya.

(ADM-KP)


Postingan populer dari blog ini

Biaya Cetak Kartu NUPTK Rp.50 Ribu Per Guru

Hendak Cari Signal Internet Untuk Kerja Tugas, Kepala Indah Dipukul Rotan Hingga Pingsan

"Jahatnya" Pinjaman Online, Nasabah di Pangkep Ditagih Dengan Bullying Kata Kasar