75 Tahun Merdeka Warga Kampung Buung dan Bakka Belum Rasakan Buah Kemerdekaan
KORANPANGKEP.CO.ID - Selama 75 tahun Indonesia Merdeka, dua kampung terpencil dan terisolir yaitu Kampung Bakka dan Kampung Buung di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulsel. belum pernah merasakan aliran listrik dan jalan yang layak serta fasilitas pemerintah lainnya seperti warga Indonesia lainnya yang ada di daerah lain, hal ini dikarenakan daerah tersebut berada didaerah pedalaman pegunungan kars Pangkep yang terisolir.
Kedua kampung tersebut masih sangat terpencil dan terisolir dengan jumlah penduduk untuk Kampung Bakka 102 KK dan untuk Kampung Bung sebanyak 77 KK. Untuk menuju kedua Kampung pegunungan tersebut belum memiliki akses jalan yang dapat dilalui kendaraan. Masyarakatnya masih harus berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 8 KM dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam berjalan kaki menuju kota kelurahannya.
Bukan hanya akses jalan yang tak layak, penerangan listrik juga tak ada sama sekali sehingga pada malam hari kampung tersebut nampak gelap gulita sedangkan untuk penerangan rumah pada malam hari warga di kampung tersebut masih memakai lampu berbahan bakar minyak tanah (sulo).
Selain itu warga setempat hingga saat ini juga belum merasakan akses informasi dan telekomunikasi seperti televisi, radio, apalagi telepon dan jaringan Internet, sehingga sudah dipastikan warga disana ketinggalan informasi yang lagi viral di indonesia dan dunia saat ini.
Untuk bertahan hidup, warga berprofesi sebagai petani dengan mengandalkan sawah tadah hujan. dan berkebun pada saat musim kemarau serta mengandalkan hasil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari harinya.
Sementara untuk layanan kesehatan dan persalinan warga setempat masih lebih mengandalkan jasa dukun karena jauhnya akses sarana puskesmas serta tidak adanya tenaga medis didaerah tersebut, mereka hanya menginjakkan kaki dipuskesmas jika dalam keadaan darurat itupun warga harus menandu pasien turun gunung sejauh 20 km berjalan kaki untuk mencapai puskesmas kelurahan.
Salah satu warga setempat, bernama Sailo mengatakan, dirinya dan warga setempat ingin juga merasakan kemerdekaan akan fasilitas negara sama dengan fasiltas warga lainnya yang tidak terisolir di indonesia pada umumnya dan Pangkep pada khususnya
"Sejak Indonesia merdeka kami belum merasakan buah kemerdekaan seperti warga indonesia lainnya, Kalau musim hujan kami sangat tersiksa dan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk sampai ke kampung kami, dengan berjalan kaki sejauh 20 km, apalagi kalau sampai harus menandu warga yang sedang sakit menuju puskesmas sangat memprihatinkan" kata dia, Selasa (18/8/2020).
Dia menjelaskan, warga setempat hanya berhubungan dengan pemerintah setempat hanya sekali kali saja itupun dalam setahun hanya dapat dihitung jari saja kunjungan mereka kedaerahnya
"Pemerintah hanya datang sekali kali saja, sama kalau musim Caleg dan pilkada biasanya mereka lebih sering datang meraih simpati warga setelah pemilihan selesai tidak kelihatan lagi, untuk itu kami mohon berilah kami fasilitas sama seperti warga lain diindonesia, kami ini jugakan masih warga indonesia" Pungkas Dia.
(ADM-KP)
Kedua kampung tersebut masih sangat terpencil dan terisolir dengan jumlah penduduk untuk Kampung Bakka 102 KK dan untuk Kampung Bung sebanyak 77 KK. Untuk menuju kedua Kampung pegunungan tersebut belum memiliki akses jalan yang dapat dilalui kendaraan. Masyarakatnya masih harus berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 8 KM dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam berjalan kaki menuju kota kelurahannya.
Bukan hanya akses jalan yang tak layak, penerangan listrik juga tak ada sama sekali sehingga pada malam hari kampung tersebut nampak gelap gulita sedangkan untuk penerangan rumah pada malam hari warga di kampung tersebut masih memakai lampu berbahan bakar minyak tanah (sulo).
Selain itu warga setempat hingga saat ini juga belum merasakan akses informasi dan telekomunikasi seperti televisi, radio, apalagi telepon dan jaringan Internet, sehingga sudah dipastikan warga disana ketinggalan informasi yang lagi viral di indonesia dan dunia saat ini.
Untuk bertahan hidup, warga berprofesi sebagai petani dengan mengandalkan sawah tadah hujan. dan berkebun pada saat musim kemarau serta mengandalkan hasil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari harinya.
Sementara untuk layanan kesehatan dan persalinan warga setempat masih lebih mengandalkan jasa dukun karena jauhnya akses sarana puskesmas serta tidak adanya tenaga medis didaerah tersebut, mereka hanya menginjakkan kaki dipuskesmas jika dalam keadaan darurat itupun warga harus menandu pasien turun gunung sejauh 20 km berjalan kaki untuk mencapai puskesmas kelurahan.
Salah satu warga setempat, bernama Sailo mengatakan, dirinya dan warga setempat ingin juga merasakan kemerdekaan akan fasilitas negara sama dengan fasiltas warga lainnya yang tidak terisolir di indonesia pada umumnya dan Pangkep pada khususnya
"Sejak Indonesia merdeka kami belum merasakan buah kemerdekaan seperti warga indonesia lainnya, Kalau musim hujan kami sangat tersiksa dan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk sampai ke kampung kami, dengan berjalan kaki sejauh 20 km, apalagi kalau sampai harus menandu warga yang sedang sakit menuju puskesmas sangat memprihatinkan" kata dia, Selasa (18/8/2020).
Dia menjelaskan, warga setempat hanya berhubungan dengan pemerintah setempat hanya sekali kali saja itupun dalam setahun hanya dapat dihitung jari saja kunjungan mereka kedaerahnya
"Pemerintah hanya datang sekali kali saja, sama kalau musim Caleg dan pilkada biasanya mereka lebih sering datang meraih simpati warga setelah pemilihan selesai tidak kelihatan lagi, untuk itu kami mohon berilah kami fasilitas sama seperti warga lain diindonesia, kami ini jugakan masih warga indonesia" Pungkas Dia.
(ADM-KP)