DPRD Pangkep Akan Panggil Manajemen RS. Batara Siang Soal Dokter Abaikan Pasien

KORANPANGKEP.CO.ID - Kisah pilu ibu hamil yang dirawat di ruang Vip teratai selama sepuluh hari tanpa penanganan dokter ahli kandungan hingga bayinya lahir dalam keadaan meninggal dunia akhirnya mendapat respon dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) untuk meminta klarifikasi atas insiden pelayanan dokter Kandungan yang kurang maksimal.

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Pangkep Abdul Rasyid mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pemanggilan terhadap pihak Rumah Sakit Batara Siang (RSBS) Pangkep. Pemanggilan ini dilakukan untuk meminta keterangan pihak RSBS terkait hal itu.

"Rencana kami mau panggil Dirut dan manajemen RSUD Batara Siang," kata Rasyid, kamis (27/8/2020).

Sementara itu Kepala Inspektorat Kabupaten Pangkep, Syaiful Yasin juga akan melakukan audit kinerja terhadap RSBS terkait kasus ini. Audit tersebut, berdasarkan perintah Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid setelah mendengar peristiwa ini.

"Kami akan audit sesuai perintah pak bupati. Tentu sebelumnya, kami akan koordinasi dengan Sekda yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas RSBS," ucap Syaiful saat ditemui.

Pihak RSBS sendiri melalui rilisnya mengakui jika telah melakukan investasi yang menemukan dua fakta yaitu, kehamilan 27 minggu (immature), plasenta letak rendah dan ketuban pecah dini dan KJDR (Kematian Janin Dalam Rahim) serta dokter tidak pernah melakukan visite pasien.

Meski mengatakan, dia fakta tersebut tak saling berkaitan namun pihak RS tetap memberikan sanksi berupa teguran keras kepada dokter yang bersangkutan.

"Kami tindaklanjuti dengan memanggil dokter yang bersangkutan dan memberikan teguran keras kedua secara tertulis," bunyi rilis manajemen RSBS Pangkep.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, seorang ibu hamil, Mardatillah (30 tahun) mengaku kehilangan janinnya di RSBS setelah mengalami pecah ketuban dan pendarahan selama sepuluh hari. 


Ironisnya, selama 10 hari, Marda sapaan akrabnya tak pernah bertemu dengan dokter. Pemeriksaa yang didapatkannya hanya melalui WhatsApp melakui bidan.

(ADM-KP)

Postingan populer dari blog ini

Biaya Cetak Kartu NUPTK Rp.50 Ribu Per Guru

Hendak Cari Signal Internet Untuk Kerja Tugas, Kepala Indah Dipukul Rotan Hingga Pingsan

"Jahatnya" Pinjaman Online, Nasabah di Pangkep Ditagih Dengan Bullying Kata Kasar